Sejarah Awal Mulanya Tahun Hijriah (Hijriyah) Dalam Islam

Sejarah Awal Mulanya Tahun Hijriah (Hijriyah) Dalam Islam
ilustrai bulan
Perhitungan bulan pada islam mengacu pada dua sumber yaitu matahari dan bulan. Hal ini juga terungkap dalam firman Allah SWT, Asy-syamsu wal-qamaru bihusban. Matahari dan bulan beredar sesuai perhitungan (QS. Arrahman:5). Kemudiaan Kami hapus tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang, agar kamu danpat mencari karunia Tuhanmu, dan agar dapat mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu (QS. Al-Isra': ).


Sejarah awal mulah penentuan tahun hijriyah

Penanggalan Hijriah berdasarkan dengan bulan terkait erat dengan agama Islam. Awalnya ide pembuatan kalender Hijriyah pertama kali terlontar oleh Gubernur Basrah Abu Musa al-Asy'ari. Ketika itu ia mengirim surat balasan kepada Khalifah Umar bin Khattab. Abu Musa mengawali suratnya dengan kalimat, "Menjawab surat dari tuan yang tidak bertanggal."

Dari sinilah Khalifah Umar RA merasa penanggalan sangatlah penting bagi umat Islam. Kemudian mengadakan musyawarah dengan para sahabat senior dengan pembahasan agar umat Islam memiliki kalender dan sistem penanggalan sendiri. Para sahabat tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrhaman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah.

Dari hasil musyawarah tersebut akhirnya mendapatkan kesepakatan bahwa awal perhitungan kalender Islam disesuaikan pada awal waktu hijrah Rasulullah dari Mekah ke Yatsrib (Madinah). Ide ini berasal dari Ali bin Abi Thalin RA, kalender ini lalu dinamai "Hijriyah". Perhitungan tanggal bulannya dimulai dari 1 Muharram, walau sebenarnya hijrah terjadi pada bulan Shafar.

Penetapan Muharram sebagai awal tahun Hijriyah memiliki banyak pertimbangan, antara lain, pada bulan itulah Rasulullah bertekad sambil menyusun rencana untuk pindah ke Yatsrib; karena setelah Ramadhan adalah Syawal, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah yang lazim disebut "asyhurul-hajj" atau bulan-bulan haji. Kesibukan persiapan haji telah dimulai sejak Syawal hingga pertengahan Dzulhijjah, setelah itu umat Islam diharap membuka lalu memulai lembaran baru dalam hidupnya pada bulan Muharram.
Khalifah Umar bin Khattab akhirnya secara resmi menetapkan awal tahun Hijriayh 1 Muharram bertepatan dengan tanggal 15 Juli 622 Masehi yang jatuh pada hari Kamis, sebagaimana disepakati para pakar ilmu hisab.

Penetapan jumlah hari dalam sebulan

Jumlah hari dalam satu bulan dalam kalender Hijriyah tergantung pada posisi bulan, bumi, dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuian dengan terjadinya bulan bari dititik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, pada bersamaan bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion).

Sebelum ditetapkannya kalender Hijriah, masyarakat Arab memang sudah memiliki nama-nama bulan dan hari sendiri. Nama bulan, umumnya diambill dari peristiwa, musim, atau kegiatan besar yang pernah terjadi pada bulan tersebut. Demikian pula, tidak sedikit hadis menerangkan keutamaan bulan-bulan tertentu seperti Ramadhan, Dzulhijjah, Muharram, dan lainnya.

Tapi masyarakat Arab belum memiliki satu sistem penanggalan yang rapi dan baku, perhitungan juga belum sampai setahun. Jadi nama-nama bulan dalam kelender hijriyah diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku di Walilayah Arab.

Setiap nama bulan dalam tahun Hijriyah memiliki arti khusus yaitu :

Muharaam

Kata Muharram berarti yang diharamkan. Makna luasnya merupakan bulan yang padanya diharamkan untuk berperang, dan kosensus ini berlaku hingga Islam datang.

Shafar

Kata Shafar, berarti 'shifr', kosong atau 'kuning', karena pada bulan itu orang-orang masa lampau biasa meninggalkan rumah untuk melakukan perjalanan dan berperang, berdagang, berburu, dan sebagainya. Maka, rumah-rumah mereka pun kosong menguning.

Rabiul Awal

Arti Rabiul Awal adalah menetap yang pertama karena para lelaki Arab masa lalu pada bulan itu, yang tadinya meninggalkan rumah, kini kembali dan menetap.

Rabiul Akhir

Rabiul Akhir artinya, yang menetap di rumah untuk kali terakhir.

Jumadil Awal

Jumadil Awal artinya, kering, beku, atau padat yang pertama. Nama ini disesuakin dengan keadaan air pada bulan itu yang membeku.

Jumadil Akhir

Jumadil Akhir artinya kering pada yang terkahir, masa kekeringan memang berlangsung selama dua bulan, dan ini yang terakhir.

Rajab

Bulan Rajab berarti mulia, karena bangsa Arab tempo dulu memuliakannya, terutama pada tanggal 10, merayakan dengan berkurban anak unta. Tanggal satu rajab juga dimuliakan dengan adanya upacara membuka pintu Ka'bah.

Sya'ban

Sya’ban artinya berpencar, orang-orang Arab dahulu senang berpencar dan merantau untuk mencari kehidupan di tempat lain.

Ramadhan

Bulan Ramadhan berarti panas terik atau terbakar. Pada bulan ini, jazirah Arab sangat panas, dan terik matahari begitu membakar. Sehingga ada yang memaknai Ramadhan dengan bulan yang sesuai untuk membakar dosa-dosa.

Syawal

Berarti naik, karena di bulan ini unta dan ternak lainnya menaikkan ekornya sebagai tanda penolakan ketika diajak senggama atau kawin dengan si jantan. Tetapi bagi kalangan Bugis-Melayu justru dijadikan bulan afdhal melangsungkan prosesi pernikahan. Syawal juga dimaknai sebagai bulan peningkatan amal ibadah setelah melalui puasa Ramadhan.

Dzulqaidah

Artinya, si empunya duduk, karena para lelaki Arab zaman dahulu, memanfaatkan bulan ini untuk tidak bepergian, hanya duduk di rumah.

Dzulhijjah

Dzulhijjah adalah si pemiliki haji. Ini sesuai dengan keadaan pada bulan ini, sejak zaman Nabi Ibrahim, orang-orang melakukan ibadah haji atau ziarah ke Baitullah, Makkah sambil beribadah. Teradisi ini dilanjutkan oleh agama Islam.

Sumber referensi :

http://makassar.tribunnews.com/2014/10/24/sejarah-tahun-hijriyah diakses tanggal 1 maret 2015

1 Response to "Sejarah Awal Mulanya Tahun Hijriah (Hijriyah) Dalam Islam"

  1. ini yang sering di kenal dengan bulan hijriyah juga ya mas, nice info jadi tambah ngerti mengenai tahun hijriyah,

    ReplyDelete

Tinggalkan Komentar Anda

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel